Rabu, 30 Juli 2014

Pentingnya Belajar Akhlaq / Tasawwuf

Selain Iman dan Fiqih, ada Akhlaq / Adab yang biasa disebut Tasawwuf yang juga penting dipelajari. Sebab Nabi Muhammad tidaklah diutus Allah ke dunia melainkan untuk menyempurnakan Akhlaq.
Dgn mulianya akhlaq ini, selain hati kita bersih, ucapan dan perbuatan kita juga bersih.
Di antara Kitab Tasawwuf yang penting adalah Ihya' 'Uluumuddiin susunan Imam Al Ghazali. Banyak dalil Al Qur'an dan Hadits di situ. Mungkin ada yang bilang, ah kitab itu ada salahnya. Semua kitab buatan manusia pasti ada salahnya sebab manusia itu sifatnya adalah salah dan lupa. Cuma Nabi yang maksum. Jika 50% haditsnya dhoif pun tak masalah selama tidak ingkar atau berlawanan dgn Al Qur'an dan Hadits2 Sahih lainnya. Para ulama berpendapat sekedar menyatakan keutamaan amal tidak mengapa. Dibilang Bid'ah juga kitab Al Qur'an yang kita pegang sekarang dgn tanda bacaannya itu sebagaimana pendapat Khalifah Abu Bakar ra dan Umar ra itu adalah bid'ah yang baik. Tauhid Uluhiyyah itu bid'ah juga bukan?

Sebab jika belajar agama, tapi mulutnya kotor dan banyak mengeluarkan caci maki atau fitnah, tentu ada yang kurang beres.

Akhlaq Nabi Muhammad SAW
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” [Al Ahzab 21]



“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu…” [Ali 'Imran 159]

Sesungguhnya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim)

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)

Ketika Aisyah Ra ditanya tentang akhlak Rasulullah Saw, maka dia menjawab, "Akhlaknya adalah Al Qur'an." (HR. Abu Dawud dan Muslim)

Kepada Rasulullah Saw disarankan agar mengutuk orang-orang musyrik. Tetapi beliau menjawab: "Aku tidak diutus untuk (melontarkan) kutukan, tetapi sesungguhnya aku diutus sebagai (pembawa) rahmat." (HR. Bukhari dan Muslim)

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” [Fushshilat 34-35]

Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)

Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash meriwayatkan bahwa Nabi pernah bersabda:

إِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا

“Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321)

“Tidak akan masuk jannah orang yang kasar dan kaku.” (HR. at-Tirmidzi)

Nabi senang mendamaikan sesama Muslim. Bukan justru mengadu-domba mereka karena tidak akan masuk surga orang yang gemar mengadu-domba.

“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk surga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)

Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
http://mediaislamraya.blogspot.com/2012/09/akhlaq-nabi-muhammad-saw.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar