Senin, 04 Agustus 2014

Apakah Nabi Tidak Pernah Berbuat Salah?

Apakah Nabi Tidak Pernah Berbuat Salah?
Mengkaji hal ini harus hati-hati dan teliti. Khawatirnya nanti sesat. Baca dari awal sampai akhir. Tidak boleh ada kata yang terlewati. Jika ada yang aneh menurut anda, coba ulangi hingga 3 kali membacanya.

Rasulullah SAW bersabda: “Setiap Bani Adam pernah bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat”. (HR.at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan ad-Darimi). 

Hadits ini senada dengan ungkapan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. (QS.al-Kahfi : 110)

Dari ayat Al Qur'an dan Hadits di atas, jelas Nabi Muhammad adalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan lupa. Bedanya, kesalahan Nabi itu sebetulnya adalah hal yang biasa menurut ukuran awam. Dan saat Nabi berbuat salah, Allah langsung menegurnya dan mengkoreksinya. Sehingga para Nabi ini langsung bertobat dan diampuni Allah serta bebas dari dosa. Para Nabi ini maksum. Bebas dari dosa karena setiap melakukan kesalahan, mereka langsung ditegur dan langsung bertobat kepada Allah. Oleh karena itu ajaran yang disampaikan Nabi kepada kita 100% benar. Dan para Nabi karena maksum, dijamin masuk surga.

Jadi kalau kita menganggap ada orang yang bebas dari kesalahan dan tidak boleh dikritik, berarti kita menganggap orang tersebut lebih hebat daripada Nabi!

Apa sih kesalahan para Nabi tersebut?

Nabi Adam dan Siti Hawa pernah bersalah karena memakan buah Khuldi yang dilarang oleh Allah. Namun mereka segera bertobat sehingga diampuni oleh Allah:

"Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." [Al A'raaf 23]

Nabi Yunus pernah "bersalah" karena meninggalkan kaumnya. Setelah 33 tahun berdakwah, cuma 2 orang saja yang mau mendengar seruannya. Sebetulnya itu wajar sebab manusia biasa, setelah 3 tahun dakwah tidak ada yang mendengar, paling sudah berhenti. Namun Nabi Yunus segera bertobat sehingga beliau bebas dari dosa (maksum):

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." [Al Anbiyaa' 87]

Nabi Musa secara tidak sengaja pernah membunuh orang. Beliau tidak sadar akan kekuatan pukulannya:

"Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang ber- kelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). 
Musa mendoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku." Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [Al Qashash 15:16] 

Nabi Muhammad pernah ditegur Allah karena mengharamkan madu untuk dirinya sendiri untuk menyenangkan istrinya:

"Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [AT TAHRIM 1]

Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw pernah mengharamkan dirinya minum madu untuk menyenangkan hati isteri-isterinya. Maka turunlah ayat teguran ini kepada Nabi. 

Meski Nabi itu maksum, bukan berarti dia selalu benar sehingga tidak boleh dikritik. Namun sekali lagi, kesalahannya tsb langsung ditegur dan diperbaiki Allah. Dan apa yang disebut "kesalahan" itu tak lebih dari kelembutan hati beliau, sehingga beliau tetap menyolatkan jenazah tokoh munafik, Abdullah bin Ubay meski Umar bin Khoththob berulangkali memprotes beliau:

Umar ibnul Khaththab r.a. berkata, "Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul meninggal, Rasulullah diminta datang untuk menshalati jenazahnya. Ketika Rasulullah berdiri untuk shalat, aku melompat kepada beliau dan berkata, 'Wahai Rasulullah, mengapa engkau shalat untuk anak si Ubay itu, padahal pada hari ini dan hari ini dia mengatakan begini dan begitu?' Lalu aku sebutkan kepada beliau semua perkara nya itu. Rasulullah tersenyum dan bersabda, 'Hai Umar, biarkanlah aku.' Setelah berulang-ulang aku mengatakan, maka beliau bersabda, 'Sesungguhnya aku boleh memilih, maka aku telah memilih. Sekiranya aku tahu, kalau aku mohonkan ampunan baginya lebih dari tujuh kali, niscaya dia akan diampuni, tentu aku akan menambahnya.'" Umar berkata, "Kemudian Rasulullah menshalati jenazah Abdullah bin Ubay, lalu salam. Tetapi, tidak beberapa lama sesudah itu, turunlah ayat 84 surah at-Taubah (Bara'ah), 'walaa tushalli 'alaa ahadin minhum maata abadan walaa taqum 'alaa qabrihi innahum kafaruu billaahi warasuulihi wamaatuu wahum faasiquun' 'janganlah kamu sekali-kali menshalati (jenazah) orang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.' Umar berkata, "Maka, aku merasa heran sesudah turunnya ayat itu, mengapa aku begitu berani kepada Rasulullah pada hari itu. Allah lebih mengetahui." [HR Bukhari] 

Meski dapat wahyu langsung dari Allah dan dibimbing Allah, Nabi selalu bermusyawarah dengan para sahabat. Tidak sok tahu dan jadi diktator. Contohnya saat Perang Badar Nabi bermusyawarah bagaimana cara menghadapi serangan kaum kafir. Begitu pula saat perang Khandaq / Al Ahzab di mana Nabi menerima masukan dari Salman Al Farisi guna membangun parit / khandaq guna menghalagi gerak maju pasukan sekutu.

Rujukan:
Rasul Juga Pernah Salah Berijtihad
http://www.rumahfiqih.com/fikrah/x.php?id=219&=rasul-juga-pernah-salah-berijtihad.htm

Apakah Nabi Mungkin Berbuat Salah?
http://muslimsaja.wordpress.com/2011/07/28/abu-ishaq-al-shirazi-apakah-nabi-mungkin-berbuat-salah/

APAKAH NABI PERNAH BERBUAT SALAH?
http://ustadzkholid.com/apakah-nabi-pernah-berbuat-salah/

2 komentar:

  1. Wah repot amat setiap saat Nabi saw bisa salah krn konsekwensinya bisa fatal. Artinya bagaimana dg keputusannya yg sdh dilaksanakan oleh umat dan ternyata salah. Apakah dg dmkin Nabi harus meralat fatwanya/sabdanya berkali-kali yg tentunya membuat kepercayaan umat menjadi luntur ? Kenapa Allah tdk menjadikan Nabi saw maksum mutlak saja ?

    BalasHapus
  2. Ya tidak repot pak. Tulisan di atas kan jelas. Namanya manusia, Nabi pun bisa berbuat salah. Contoh Nabi Adam pernah salah karena memakan buah khuldi bukan? Cuma begitu salah, langsung ditegur Allah dan mereka bertobat. Jadi mereka maksum. Bebas dari dosa. Harap bedakan Maksum (bebas dari dosa) dgn Tanpa Salah.

    Nabi begitu salah langsung dikoreksi Allah. Jadi yang sampai dari kita itu adalah yang benar.

    BalasHapus