Selasa, 26 Juni 2012

Niat Karena Allah : Awal dan Penentu Semua Amal Shaleh

Niat merupakan rukun pertama dari semua amal shaleh (perbuatan baik) yang kita lakukan. Tanpa niat segala amal ibadah kita sia-sia. Shalat, Puasa, Zakat, Haji kita batal jika tidak ada niat. Tidak ada pahalanya.


”Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya, dan bagi tiap orang apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesenangan dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya adalah kepada apa yang ia hijrahi” (HR Bukhari)



”Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya” (HR Al-Baihaqi dan Ar-Rabii')


”Manusia dibangkitkan kembali kelak sesuai dengan niat-niat mereka” (HR Muslim)


Dari Hafshah Ummul Mukminin bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” [Imam Lima]


Ibnu ‘Umar dan Hafshoh ra :

مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ الصِّيَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَلَا صِيَامَ لَهُ


Siapa yang tidak berniat puasa dari malam hari maka tidak ada puasa baginya.” [Bukhari-Muslim]

 

Sebagaimana hadits di atas, niat bermacam-macam. Ada yang niat mengerjakan sesuatu untuk Allah, ada pula untuk yang lain seperti kesenangan dunia seperti pamer, harta, jabatan atau wanita.


a. Niat yang Baik untuk Mendapat Ridha Allah SWT


Niat yang bagus adalah niat untuk mendapat ridho Allah SWT. Atau untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.


”Di antara orang-orang Arab Badwi ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya di jalan Allah untuk mendekatkannya kepada Allah dan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [At Taubah:99]


Orang yang berbuat kebaikan hanya untuk mendapat ridho Allah akan mendapat pahala berlipat ganda:


”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:261]


”Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat” [Al Baqarah:265]


Niat kita harus benar-benar tulus hanya untuk Allah. Bukan dengan lainnya:


Allah berfirman “Aku adalah yang paling tidak butuh kepada syarikat, maka barangsiapa yang beramal suatu amalan untuku lantas ia mensyerikatkan amalannya tersebut (juga) kepada selainku maka Aku berlepas diri darinya dan ia untuk yang dia syarikatkan” (HR. Ibnu Majah 2/1405 no. 4202,adapun lafal Imam Muslim (4/2289 no 2985) adalah, “aku tinggalkan dia dan kesyirikannya”).


Jadi tidak boleh kita melakukan sesuatu demi selain Allah misalnya demi kekasih, partai, golongan, dan sebagainya. Itu sudah termasuk syirik.


b. Tidak Boleh Niat karena Riya atau Pamer


Sering orang melakukan suatu kebaikan hanya karena riya. Ingin dilihat orang sehingga orang mengatakan bahwa dia adalah dermawan, pahlawan, dan sebagainya. Meski dia tidak mengharapkan imbalan apa-apa kecuali dikenal orang sebagai orang yang baik, dermawan atau philanthropist, Allah mengatakan orang seperti itu sebagai teman setan dan memberikan neraka sebagai balasannya:


”Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya” [An Nisaa’:38]


Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ ’Uluumuddiin menggambarkan orang yang riya sebagai berikut. Jika ada orang yang melihatnya, baru dia shalat atau berbuat kebaikan lainnya. Tapi jika tidak ada orang yang melihat, dia tidak mengerjakannya.


Orang seperti itu seperti orang yang shalat hanya jika ada budak yang melihatnya di samping rajanya. Tapi begitu budak itu tidak ada, yang tinggal hanya raja, dia bermalas-malasan. Begitulah sikap orang yang riya terhadap Allah Raja Diraja, Tuhan Semesta alam. Orang riya macam ini hanya membuat gemas orang saja....


Orang yang menyebut kebaikan yang diperbuatnya, apalagi sampai menyinggung hati orang yang menerima kebaikannya, pahalanya hilang tidak berbekas:


”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu jadilah dia bersih tidak bertanah. Mereka tidak mendapat apa-apa dari yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” [Al Baqarah:264]


c. Jangat Niatkan Amal untuk Mendapatkan Dunia atau Harta


Banyak orang yang bekerja atau mencari uang hanya karena ingin kaya atau dunia. Ini sangat berbahaya karena mereka hanya akan dapat kekayaan atau dunia tanpa mendapatkan pahala akhirat sedikit pun:


”Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.


Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” [Huud:15-16]


Seharusnya niat tetap untuk mencari ridho Allah sehingga mereka tetap mendapatkan pahala di akhirat. Meski pekerjaan yang dilakukan sama, tapi karena niat berbeda hasilnya pun berbeda.


Orang yang berusaha dengan niat mencari ridho Allah, niscaya dia akan dapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.


Meski ada sebagian motivator yang baik, namun saya banyak juga menyaksikan motivator yang memotivasi pembacanya hanya untuk menjadi kaya/mendapat dunia. Ini berbahaya karena bisa merusak niat dan amal/usaha pembacanya.


Saran saya pelajari teknik mencari uang dengan niat mencari ridho Allah. Niatkan harta yang anda dapat selain untuk menafkahi keluarga anda sesuai ajaran Islam juga untuk di jalan Allah. Sebab siapa yang berusaha hanya ingin kekayaan/dunia tidak mendapat akhirat sedikit pun:


”Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat” [Asy Syuura:20]


”...Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan kepadanya pahala akhirat. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” [Ali ’Imran:145]


Oleh karena itu hendaknya sebelum mengerjakan sesuatu kita niatkan pekerjaan kita ikhlas untuk Allah SWT:


”Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar” [An Nisaa’:146]


Meski apa yang diperbuat sama, namun Allah hanya akan menerima perbuatan orang yang bertakwa:


”Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!." Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." [Al Maa-idah:27]


Bab Niat ini sebetulnya amat penting. Karena niat itulah yang menentukan apakah amal baik kita diterima oleh Allah atau tidak. Oleh karena itu mari kita niatkan semua amal baik kita, termasuk dalam membaca buku ini untuk Allah SWT.


Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press

1 komentar: