Senin, 26 November 2007

Sekilas Mata Uang Dinar dan Dirham

Salah satu sumber krisis moneter utama yang dialami oleh negara kita adalah penggunaan mata uang kertas yang tidak ada harganya, sehingga mudah dijatuhkan. Sebagai contoh, pada tahun 1998 spekulan valuta asing George Soros yang merupakan turunan Yahudi dengan lembaga Quantum Fund-nya berhasil menjatuhkan berbagai mata uang kertas seperti Ringgit Malaysia, Won Korea, Thailand, Indonesia, dan sebagainya. Mata uang rupiah jatuh dari Rp 2.200 per 1 US Dollar menjadi Rp 16.700 per 1 US Dollar hanya dalam tempo beberapa bulan saja.


Selama memakai mata uang kertas, maka Indonesia dan negara-negara Islam lainnya dapat dengan mudah dimainkan nilai mata uangnya oleh para spekulan valas. Dinar yang terbuat dari emas dan Dirham dari perak adalah solusi dari masalah ketidak-stabilan mata uang kertas yang bisa mengakibatkan krisis ekonomi dan kemelaratan.



Sekilas Dinar Dirham


Sauqi. Dinar adalah koin emas 22 karat (91.7%) dengan berat 4,25gram berdiameter 23mm. Dirham adalah koin perak murni dengan berat 2.975 gram.


Dinar/dirham adalah salah satu alternatif mata uang yang tahan inflasi, tidak seperti mata uang kertas lainnya seperti rupiah. Dinar dapat digunakan sebagai alat tukar untuk melakukan transaksi bisnis, sebagai tabungan/investasi, pembayaran zakat, dan dapat digunakan sebagai mahar/mas kawin untuk menikah.

Pada awalnya, dinar merupakan mata uang Romawi, dirham merupakan mata uang Persia. Penggunaan dinar/dirham diadaptasi oleh kaum muslim di zaman Rasulullah SAW. Kemudian, standar dinar/dirham ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab sehingga menjadi standar sampai saat ini.

Dinar/dirham merupakan mata uang yang tahan terhadap inflasi. Sebagai bukti, pada zaman Rasulullah SAW, harga 1 ekor kambing adalah 1 dinar, sekarang, satu ekor kambing juga berharga sekitar 1 dinar. Harga 1 ekor ayam dahulu 1 dirham, sekarang juga sekitar 1 dirham. Tidak ada perubahan nilai tukar yg cukup berarti pada dinar/dirham. Berbeda apabila kita bandingkan dengan uang kertas misalnya Rupiah. Daya beli rupiah 10 tahun lalu dan sekarang merosot dengan tajam akibat inflasi.

Dinar/dirham dapat digunakan oleh siapa saja. Tidak hanya kaum muslim, non-muslim pun dapat memanfaatkan mata uang ini.



Silahkan baca informasi lebih jauh tentang Dinar dan Dirham di:

http://wakalasauqi.blogspot.com

5 komentar:

  1. kenapa rupiah bisa merosot seperti itu nya????

    apa mungkin rupiah sekarang udah tidak ada harganya bagi mata uang dunia....

    apa sekarang rupiah, bagi mata uang dunia itu seperti menghisap oksigen yg sangat rendah nilai harga nya....


    sebagai pelajar apa yang harus saya lakukan????


    dan mengapa rupiah tidak d ganti saja dengan dinar......

    BalasHapus
  2. Menurut saya sebaiknya kita kembali kepada mata uang emas, perak, dan tembaga(dinar, dirham, dan fulus) sebagai standar mata uang nasional maupun internasional menggantikan uang kertas dan dollar sebagai standar nilai tukar dunia seperti negara-negara islam yang sebagian masih menganut sistem tersebut dan standar nilai tukar perdagangan pada zaman Rasulullah SAW. Kita tahu sejarahnya bahwa dollar yang menjadi standar nilai tukar dunia dan salah satu komoditas spekulasi terbesar di pasar uang dibuat oleh para penganut kapitalis (AS) untuk membiayai kerugian akibat perang dunia. Kerugian yang dialami tidak sebanding dan tidak tergantikan oleh standar emas dan perak yang kuantitasnya terbatas di bumi ini. Oleh karena itu mereka membuat dollar sebanyak mungkin untuk menutupi defisit akibat perang karena kuantitas kertas yang cukup banyak dan cenderung tidak akan pernah habis. Inilah salah satu faktor yang membuat dollar menjadi mata uang yang paling kuat saat ini dan fluktuasinya di pasar uang tidak terlalu meningkat atau menurun tajam. Spekulasi berlebihan yang berorientasi kepada materialistik per individu (spekulan) membuat peredaran uang di sektor riil terutama perdagangan dan bisnis menjadi terhambat dan emas yang awalnya menjadi standar nilai tukar jual beli diubah menjadi komoditas atau barang dagangan yang diperjualbelikan di pasar modal berbasis komoditi. Standar inilah yang perlahan lahan melalui beberapa proses dan penyesuaian yang seharusnya kita ubah karena saat ini uang atau alat yang dipersamakan dsengan uang dijadikan komoditas untuk mencari keuntungan oleh tiap-tiap individu di samping sebagai alat tukar dan porsinya apabila kita melakukan penelihtian dan survey mungkin lebih besar digunakan untuk kepentingan spekulasi daripada sebagai alat tukar yang lebih mementingkan kemaslahatan atau hajat hidup orang banyak serta sebagai gas pemicu roda perekonomian sektor riil suatu negara.
    Bukan begitu,he…he…he…!
    Kunjungi blog saya ya!
    Salam sukses, semoga kita semua dapat berbuat lebih untuk perekonomian Indonesia dan dunia lewat penerapan ekonomi syariah!Amin
    By: The Alternate Fighter

    BalasHapus
  3. Menurut saya sebaiknya kita kembali kepada mata uang emas, perak, dan tembaga(dinar, dirham, dan fulus) sebagai standar mata uang nasional maupun internasional menggantikan uang kertas dan dollar sebagai standar nilai tukar dunia seperti negara-negara islam yang sebagian masih menganut sistem tersebut dan standar nilai tukar perdagangan pada zaman Rasulullah SAW. Kita tahu sejarahnya bahwa dollar yang menjadi standar nilai tukar dunia dan salah satu komoditas spekulasi terbesar di pasar uang dibuat oleh para penganut kapitalis (AS) untuk membiayai kerugian akibat perang dunia. Kerugian yang dialami tidak sebanding dan tidak tergantikan oleh standar emas dan perak yang kuantitasnya terbatas di bumi ini. Oleh karena itu mereka membuat dollar sebanyak mungkin untuk menutupi defisit akibat perang karena kuantitas kertas yang cukup banyak dan cenderung tidak akan pernah habis. Inilah salah satu faktor yang membuat dollar menjadi mata uang yang paling kuat saat ini dan fluktuasinya di pasar uang tidak terlalu meningkat atau menurun tajam. Spekulasi berlebihan yang berorientasi kepada materialistik per individu (spekulan) membuat peredaran uang di sektor riil terutama perdagangan dan bisnis menjadi terhambat dan emas yang awalnya menjadi standar nilai tukar jual beli diubah menjadi komoditas atau barang dagangan yang diperjualbelikan di pasar modal berbasis komoditi. Standar inilah yang perlahan lahan melalui beberapa proses dan penyesuaian yang seharusnya kita ubah karena saat ini uang atau alat yang dipersamakan dsengan uang dijadikan komoditas untuk mencari keuntungan oleh tiap-tiap individu di samping sebagai alat tukar dan porsinya apabila kita melakukan penelihtian dan survey mungkin lebih besar digunakan untuk kepentingan spekulasi daripada sebagai alat tukar yang lebih mementingkan kemaslahatan atau hajat hidup orang banyak serta sebagai gas pemicu roda perekonomian sektor riil suatu negara.

    BalasHapus
  4. assWw, pak/bu admin, permisi, numpang utk komen, kpd saudara2 ku, salah satu cara utk memperkuat ekonomi adalah menabung. Tentu menabung dg media yg stabil nilainya, yakni dinar emas n dirham perak. Namun dinar emas sekarang cukup tinggi ; maka alternatifnya dirham perak. Jika sebulan bisa menabung 15 dirham maka 2 tahun akan terkumpul 360 dirham tanpa takut terkena inflasi atau penurunan nilai serta bebas riba. Uang anda dinar dirham juga khan. Jazaakallah

    BalasHapus
  5. Asslm. . .
    Numpang coment y. .
    Menurut saya, mengganti mata uang dengan dinar dan dirham saja tidak cukup. Kalau indonesia ngotot ingin mengganti mata uangnya dengan logam mulia itu, waahhhh AS bisa ngamuk beratt tuh karena dianggap sudah merugikan AS. Bisa-bisa nasib kita seperti Sadam husain, kan waktu itu Pak Sadam udah gak mau pake dolar-ganti pake euro-lagi buat kegiatan ekspor-impor minyaknya setelah itu apa yang terjadi pada presiden Irak itu?, ya walaupun ini bukan masalah utama yang menyebabkan dibunuhnya Sadam husain.
    Untuk bisa menggunakan mata uang emas dan perak dibutuhkan juga sistem politik dan ekonomi yang mendukung hal tersebut, gak mungkin rasanya kalau kita menggunakan dinar dan dirham pada sistem kapitalis ini, bakal di tentang habis-habisan oleh AS, karena hal ini akan menyebabkan dolar gak bakal laku lagi di pasaran. Oleh karena itu yang harus di lakukan adalah mengubah sistem ini terlebih dahulu. Sistem yang akan menjaga keutuhan dinar dan dirham agar negara-nagara kapitalis tidak menjajah negara dunia ketiga menggunakan mata uangnya dengan dzalim. Wasslm

    BalasHapus